Interview Mangaka Tokyo Revengers, Ken Wakui Ungkap Beberapa Fakta Menarik Tentang Karyanya

Akun twitter dari komunitas penggemar Tokyo Revangers, berhasil mengumpulkan berbagai wawancara dengan sang mangaka, Ken wakui. Dalam beberapa wawancaranya, author Tokyo Revengers mengungkapkan beberapa fakta menarik terkait karyanya tersebut, seperti alasan mengapa manga itu hadir di masyarakat, karakter favorit penulis, masa lalunya dan lainnya. Berikut ringkasan yang dapat disampaikan.

– Beberapa pertanyaan ini diberikan pada sesi wawancara dengan Glénat di tahun 2019 –

Bisa diceritakan bagaimana awal kisah dari perjalanan manga milik Anda?

“Manga Hatarakiman merupakan pemicunya, jadi saya ingin mencoba menjadi mangaka juga. Nah dari sana, saya mulai memberikan manga saya kepada pihak manajer editorial di Young Magazine (majalah mingguan khusus seinen).”

Lalu, karya pertama apa yang menjadi batu lompatan Anda sebagai mangaka?

“Shinjuku Swan (Young Magazine dari tahun 2005 hingga 203) merupakan karya serial pertama saya, karya ini menceritakan mengenai seorang perekrut di industri sex yang hidup di daerah Shinjuku”

Anda pernah mengatakan bahwa Anda adalah seorang mangaka seinen, namun alasan apa yang membawa Anda menjadi mangaka shounen?

“Dari kecil saya suka serial Dragon Ball dan Kaze Densetsu Bukkomi No Taku, sehingga saya sangat menyukai genre ini dan ingin mencoba membuatnya (manga) suatu hari nanti.”

Nah selanjutnya, Tokyo Revangers kan bergenre action, live, dan juga thriller. Darimana Anda mendapatkan ide seperti itu?

“Awalnya karena perkataan editor saya yang menginginkan kisah seperti yankii (preman muda). Mendengar hal tersebut membuat saya tertarik, tetapi saya tidak tahu seperti apa mereka sekarang. Begitulah cara saya mendapatkan ide untuk membuat MC melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, sehingga saya dapat menggambarkan yankii di awal tahun 2000-an, ketika aku adalah salah satunya.”

Berbicara mengenai karakter Tokyo Revangers yang dipenuhi aura karismatik, bolehkan kami tahu siapa karakter favorit Anda?

“Hinata. Ketika saya membuat karakter wanita di Shinjuku Swan, dan bahkan sampai saat ini karakterisistik wanita tersebut selalu memancarakan kecantikan serta kedewasaan. Namun untuk pertama kalinya di Tokyo Revangers, saya mencoba membuat karakter gadis yang lucu.”

Lalu, adakah karakter yang sangat menggambarkan diri Anda?

“Ada, Takemichi. Saya membuatnya agar dapat menarik empati para pembaca karena ya itu kualitas yang diperlukan sebagai MC, dan dia juga didasarkan pada kesamaan dengan diri saya sendiri.”

Selain itu, ini merupakan kesempatan pertama dimana karya Anda diterbitkan di Perancis. Apa ada yang ingin disampaikan kepada pembaca disana?

“Aku sangat menyukai makanan dan pastry disana. Ketika kalian membaca karya saya, saya akan memberikan kalian kue-kue Jepang seperti taiyaki supaya suasana Jepangnya terasa.”

Ketika Anda membuat karakter, apakah Anda memulai dengan membuat desainnya atau alur karakternya?

“Sejujurnya tidak keduanya. Pertama-tama saya akan memikirkan peran apa saja yang dibutuhkan dalam cerita dan juga perang pendukung, lalu bagaimana sifat karakter Tokyo Revengers. Dengan begitu, saya dapat mengimbangi kekurangan yang terjadi di manga.”

– Beberapa pertanyaan ini diberikan pada sesi wawancara dengan Kodansha di tahun 2020 –

Sesudah Anda memiliki beberapa peran untuk cerita, apa yang Anda lakukan selanjutnya? Seperti detail ketika Anda membuat nama karakter?

“Dalam membuat karya, saya jarang memutuskan settingnya karena saya senang merubahnya dikemudian hari. Sebagai pendatang baru, saya biasa menentukan setting terlebih dahulu dengan memperkuat citra karakter. Tetapi ketika saya melakukan itu, semua saran dari editor yang bertanggung jawab terdengar seperti keluhan. Jadi saya pikir lebih baik untuk membuatnya sambil mengambil pendapat orang lain.”

Bolehkan kami tahu apa yang Anda pakai ketika membuat desain karakter?

“Ketika kalian mencoba membuat desain karakter, salah satu cara untuk mengumpulkan informasi adalah dengan mencari gambar di Internet. Misal kalian membutuhkan karakter yang tampan, kalian bisa mengabungkan para pria yang kalian temukan di internet dan membuatnya menjadi suatu karakter. Lalu, berbicara mengenai pola potongan rambut, hal ini mengacu pada model asli di dunia nyata dan bukan hanya sekedar imajnasi di kepala.”

Penampilan pertama karakter itu sangat penting, apakah Anda punya tips?

“Sangat penting juga untuk menggunakan massa (karakter pendukung). Misalnya, dalam adegan penampilan pertama Draken dan Mikey, reaksi orang-orang di sekitar merekalah yang membuat keduanya tampak kuat dan menakjubkan.”

Anda mengatakan bahwa peran pendamping itu penting. Boleh beri tahu kami lebih banyak?

“Saya pikir tidak apa-apa menggunakan peran pendukung. Cerita membutuhkan sub-karakter yang hanya bekerja untuk membuat protagonis terlihat menarik.”

Sangat penting meningkatkan keterampilan menggambar seseorang untuk menciptakan karakter yang menarik. Apakah ada cara yang baik bagi mangaka baru untuk berlatih dan meningkatkan keterampilan tersebut?

“Ini jawaban tricky karena hal ini balik lagi kepada mereka masing-masing. Menurutku, ekspresi wajah jauh lebih penting dibandingkan ‘keterampilan gambar yang baik’ karena pembaca menaruh empati terlebih dahulu pada ekspresi wajah.”

Jadi apa yang Anda lakukan untuk menggambar ekspresi wajah dalam menarik perhatian pembaca?

Saya mencoba untuk menjadi emosi dari sebuah karakter. Itu sebabnya saya membuat diri saya menangis ketika seorang karakter menangis dalam sebuah adegan. Dan ketika karakter marah, saya menggambarnya saat saya marah juga ahahahaha. Jika menggambar ekspresi yang sama berulang-ulang dalam sebuah cerita, maka akan terjebak dalam suatu kebiasaan. Jadi untuk menggambar karakter dengan ekspresi yang mampu menggerakkan emosi pembaca Tokyo Revengers, saya harus mencurahkan hati dan jiwa saya ke dalam gambar sehingga melampaui kebiasaan tersebut.”

Adakah hal lain yang Anda coba lakukan saat menggambar ekspresi wajah?

“Saya mencoba menggambar tatapan arah dari mata. Ketika saya menggambar adegan di mana karakternya mencoba untuk pamer, saya membuatnya melihat lurus ke depan, tetapi ketika dia bergerak atau ingin menangis, saya membuat tatapannya melihat ke suatu sudut. Adegan di mana Takemichi menghadapi musuh yang kuat untuk mengubah masa depan, ekspresi wajahnya saat itu menatap lurus dengan sangat kuat! Dan dalam adegan di mana Takemichi kembali ke masa lalu untuk bertemu kembali dengan Hinata, ia mengalihkan pandangannya untuk membangkitkan emosi.”

Baca juga: Penjualan Manga Tokyo Revangers Kalahkah Rekor Attack on Titan

Bagaimana Anda menentukan hari ulang tahun karakter Anda?

“Pertama, saya menggunakan ulang tahun orang-orang yang dekat dengan saya, dan kemudian saya mengisi sisanya. Atau ketika saya ingin Mikey menjadi Leo, maka saya akan memilih tanggal diantara bulan itu.”

Lalu bagimana tentang hubungan Hina dan Takemichi?

“Saya tidak bisa benar-benar menciptakan kegembiraan atau kekanak-kanakan di masa muda. Saya juga tidak memiliki masa muda yang sangat baik, jadi pandangan saya tentang cinta tidak normal…. saya telah banyak bertanya kepada atasan saya tentang “cinta normal” ahahhaha.”

Apakah Anda pernah berkonsultasi dengan anggota dan staf?

“Dalam kasus saya, ketika saya menggambar manga Tokyo Revengers, saya cenderung menunjukkan sisi tajam saya, jadi saya meminta staf untuk menyelesaikannya sedikit sebelum saya merilisnya ke publik.”

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar bahwa lagu temanya adalah Official HIGE DANdism?

“Saya sangat terkejut! Saya sangat menyukai band ini, saya sempat berpikir “Mungkinkah itu bohong, atau saya ditipu?” Ahahaha. Dan lagunya sangat keren! Saya senang mendengar bahwa liriknya sesuai dengan isi karya. Saya merasa lagu-lagu Higedan memiliki arti kata yang sangat berbeda dari yang lain. Ini unik, namun menarik.”

Apa Anda selalu begadang?

“Tidak sama sekali. Sebaliknya, saya tidur kapan pun saya bisa. Jika saya tidak tidur, saya tidak dapat menemukan apa pun. Saya menemukan waktu untuk tidur, bangun, dan bekerja, jadi terkadang saya lupa waktu. Selama tiga bulan terakhir ini, saya hanya memikirkan tentang Tokyo Revengers saat saya terjaga. Bahkan mereka (Tokyo Revangers) muncul dalam mimpiku, seperti saya bermimpi kehilangan naskah atau saya membuat kesalahan dalam pekerjaan saya.”

Boleh Anda bagikan pendapat anda mengenai adaptasi anime Tokyo Revengera?

“Saya telah berpartisipasi dalam proyek Tokyo Revengers ini dari tahap penulisan naskah sejak dimulai, dan saya hampir tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, mereka telah menambahkan sedikit demi sedikit ke bagian pekerjaan saya yang kurang, dan saya sangat Puas. Ketika gambar ditambahkan ke skrip dan menjadi anime, itu sangat keren dan menarik. Saya sangat berharap para penggemar dapat berbagi perasaan ini dengan saya. Saya tidak sabar untuk melihatnya di dunia.”

Terakhir, apa yang ingin Anda katakan kepada semua calon mangaka?

“Jika kalian ingin menjadi seniman manga profesional di masa depan dan bertujuan untuk serialisasi mingguan, berusahalah sesuai keinginan dalam membangun nama setiap minggu. Misalnya, ketika saya masih pemula, saya biasa menggambar satu manuskrip 30 halaman seminggu. Tentu saja sangat sulit. Namun, saya pikir menetapkan kuota seperti itu untuk diri saya sendiri dan menyelesaikan banyak pekerjaan akan membantu saya di kemudian hari. Daripada mengkhawatirkannya sendirian, kalian harus menyadari kekuatan dan kelemahan, dan ini akan mengarah pada pertumbuhan besar dalam pekerjaan kalian berikutnya. Semoga beruntung!”

“Di SMA, saya dikeluarkan sebulan karena perilaku buruk saya. Jadi saya mulai bekerja sebagai “host” (mirip pelayan wanita) di bar wanita di daerah Shinjuku Tokyo” – 2019 (Le Monde)

– Beberapa pertanyaan ini diberikan pada sesi wawancara dengan ATOM di tahun 2019 –

“Untuk Tokyo Revengers, saya ingin berbicara tentang masa ketika furyo memiliki gaya. Furyo masa lalu adalah preman pada prinsip dan bukan untuk uang, seperti yang sering terjadi hari ini. Menjadi anggota geng, setidaknya di zaman saya, kebanyakan tentang cerita rakyat, tentang penampilan. Jika kami berkelahi, itu melawan furyo lain, bukan terhadap warga biasa, dengan siapa kami sebaliknya sopan dan hormat.”