Akhir Attack on Titan Tuai Kontroversi di China dan Korea Selatan

Ending dari manga Attack on Titan tidak hanya menuai kontroversi di Jepang, Indonesia, dan barat, terlebih setelah spoiler extra pages manga mulai bermunculan. Faktanya, fans di China dan Korea Selatan juga ikut memperdebatkan akhir dari serial populer ini. Namun, bukan kritik soal bagaimana tingkat kepuasan mereka dengan endingnya, melainkan tentang kejahatan perang di akhir manga. Mereka menyangkutpautkan hal tersebut dengan sejarah kelam dan kejahatan Jepang di masa lalu.

Di sebuah stasiun televisi Korea Selatan “JTBC”, sebuah program disajikan di mana pendapat para penggemar Attack on Titan atau Shingeki no Kyojin di Korea Selatan dikumpulkan. Berikut beberapa diantaranya:

“Aku tidak bisa bersimpati dengan akhiran seperti itu, Konten tersebut membuat karakter utamanya menjadi penjahat dengan membunuh sebagian besar umat manusia untuk tujuan membawa perdamaian.”

Ada banyak kritik tentang konten karya tersebut, kejahatan perang dan imperialisme. Tentu saja penafsiran tentang Attack on Titan ini bebas untuk semua orang, namun nampaknya para pembaca di beberapa negara telah memutuskan untuk menghubungkan sejarah dengan masa lalu Jepang.

“Di chapter terakhir, ada pernyataan terima kasih atas pembantaian tersebut, memuliakan mereka. Tidak ada bedanya seperti membela Holocaust. lebih dari itu, saya pikir dia memujinya, Dua bom nuklir saja tidak cukup untuk membuat mereka berubah pikiran.”

Jenis komentar seperti ini tidak hanya ada di Korea Selatan, karena fans di China juga beranggapan demikian.

“Faktanya, karakter yang berhubungan dengan mantan tentara Jepang muncul. Ada juga orang bernama Mikasa yang mengingatkan kita pada kapal perang Jepang “Mikasa”. Juga seorang komandan (Dot Pixis) yang persis seperti Yoshifuru Akiyama, seorang komandan selama Perang Rusia-Jepang.”

Selebihnya, cara berpikir mereka tidak berbeda dengan orang Korea Selatan, meskipun sebagian dari pembaca Attack on Titan di China suka menghubungkannya dengan pemerintah mereka sendiri: Dalam cerita ini, pemerintah menyembunyikan informasi tentang bagian luar tembok. Ini sangat mirip dengan apa yang coba dilakukan pemerintah China untuk mengontrol penduduknya, pemblokiran situs-situs di internet, komentar seorang penggemar.