Attack on Titan Picu Kontroversi Antara Korea dan Jepang

Setelah penayangan episode ke-70 Attack on Titan, yang juga dikenal sebagai episode 11 dari Attack on Titan Final Season, sebuah kontroversi muncul di media sosial, antara fans Jepang dan Korea. Situasi tersebut dipicu setelah seiyuu Eren Yeager, Yuki Kaji mempublikasikan sebuah postingan tentang serial tersebut.

「進撃の巨人」を世界中の人に読んでもらえますように。観てもらえますように。

何かに気付くきっかけになりますように。#shingeki

— 梶裕貴 Yuki Kaji (@KAJI__OFFICIAL) February 21, 2021

“Saya berharap orang-oramg dari seluruh dunia membaca Attack on Titan. semoga Anda Melihatnya. Saya berharap itu memberi mereka kesempatan untuk memperhatikan sesuatu”, tulis seiyuu terkenal itu.

Yuki Kaji mungkin tidak berniat untuk menyinggung pihak tertentu dan seharusnya menggunakan lebih banyak kata, tetapi tanggapan yang mulai membanjiri post tersebut mulai merujuk pada situasi kejahatan perang.

Misalnya, sebuah publikasi menyatakan, ”Penjahat perang harus selalu mengingat dosa-dosa mereka dan bertobat. Sejarah harus diingat agar tidak pernah terulang. Jika Anda melupakan dosa-dosa Anda seperti penduduk Pulau Paradis, maka Anda akan menjadi pria yang memiliki pemikiran sama seperti Eren.

Postingan serupa meneruskan ciutan tersebut, “Ketika melihat Gabi berpikir: aku seperti orang Korea sekarang”, membuat situasi semakin memanas.

私はガビを「今の韓国人みたいだ」と思いながら見てたよ #進撃の巨人 https://t.co/jSP28X2RqG

— アイ (@i_587121) February 21, 2021

Situasi ini mengacu pada momen di mana Kaya mencaci-maki Gabi Braun atas kematian ibunya empat tahun lalu. Gabi menyebutkan bahwa semuanya disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan Kekaisaran Tua beberapa abad yang lalu, meskipun Kaya meyakinkannya bahwa ibunya tidak pernah melakukan kekejaman apapun.

Situasi ini dibandingkan oleh Jepang terkait dengan kebencian beberapa negara Asia terhadap Jepang atas kejahatan yang dilakukan selama ekspansionisme Kekaisaran Jepang di masa lalu, di mana berbagai kejahatan perang dilakukan terhadap negara-negara yang ditaklukkan dan dianeksasi ke rezim.

Baik China maupun Korea Selatan adalah negara yang paling menonjol dalam masalah kontroversial ini, dan mereka memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyalahkan Jepang atas kejahatan mereka di masa lalu, bahkan jika itu adalah peristiwa beberapa generasi yang lalu.