Hayao Miyazaki: “Semua Seiyuu di Jepang Memiliki Suara yang Genit”

Suara memang menjadi pondasi penting di industri animasi, terlebih lagi setiap orang memiliki suara berbeda-beda, ada yang lembut, sedang, hingga berat. Karena itu, banyak pengisi suara atau Seiyuu dari penjuru dunia yang memiliki ciri khas tersendiri. Dan salah satu negara yang mempunyai pengisi suara lucu, imut, dan kadang terdengar genit lebih didominasi oleh Jepang. Namun, tanpa adanya studio animasi para pengisi suara ini tidak akan bisa menyalurkan bakat mereka.

Oleh sebab itu dibuatlah studio animasi supaya seiyuu bisa menunjukkan bakat mereka yang sebenarnya, dengan begitu terciptalah salah satu Studio bernama Ghibli – terkenal dengan film animasi fantasinya yang tentunya ada kisah mengharukan di dalamnya. Tidak luput dari itu semua, studio ini juga memiliki pendiri sekaligus sutradara yang terkenal dengan sifat tegasnya yaitu Hayao Miyazaki. Dalam beberapa kesempatan, Miyazaki secara terbuka mengatakan kalau seiyuu di Jepang memiliki suara yang genit.

Miyazaki terkenal dengan bicaranya yang blak-blakan telah mengguncang komunitas anime dengan beberapa komentar mengejutkan, seperti ketika dia mengatakan bahwa masalah industri anime adalah penggemarnya sendiri dan mengungkapkan tipe otaku yang paling dia benci.

Namun, jarang sebuah studio melakukan wawancara dengan sutradara anime legendaris, jadi terkadang hal-hal yang masih dia simpan selama bertahun-tahun lalu bisa dia katakan untuk mengejutkan penggemar generasi baru. Itulah yang terjadi minggu ini di Jepang, sampai ketika sebuah artikel muncul yang merinci pada pandangan Miyazaki tentang aktris pengisi suara di Jepang.

Dalam wawancara, yang diberikan kepada portal The Guardian pada tahun 2005 sebelum pemutaran perdana film Howl no Ugoku Shiro (Howl’s Moving Castle) di Britania Raya, Hayao Miyazaki mengomentari aktor suara asing yang dipilih untuk menjadi pengisi suara di film tersebut. Ketika diskusi tertuju kepada Lauren Bacall, yang berperan sebagai Homeland Witch, Miyazaki berbicara dengan nada setuju, sambil memujinya dengan kata “wanita yang luar biasa,” lalu dia menambahkan:

“Semua pengisi suara di Jepang memiliki suara yang sangat genit dan itu hanya dijadikan untuk mencari penonton pria, kami tidak menginginkan hal seperti itu.”

Sesuai dengan bentuknya, Miyazaki tahu bagaimana menjatuhkan bom di industri anime tidak seperti orang lain. Namun, dalam 15 tahun terakhir, jika sebagian besar orang Jepang yang baru pertama kali mendengarnya, pasti cenderung setuju dengannya. Kenapa bisa begitu? kumpulan komentar ini menjadi penyebabnya:

  • “Aku benar-benar mengerti, suara genit dari karakter wanita di anime yang membuatku merasa sangat tidak nyaman ketika mendengarnya di malam hari sehingga aku berhenti menontonnya.”
  • “Saya telah merasakan hal yang sama selama bertahun-tahun.”
  • “Semua karakter wanita selalu memiliki suara yang sama, sungguh membosankan.”
  • “Aku tidak tahan, sepertinya mereka melatih seiyuu secara massal dengan nada suara yang sama.”
  • “Suaranya tidak alami, tapi sayangnya penonton sudah terbiasa dengan itu.”
  • “Akting suara selalu terlalu berlebihan. Konyol sekali membayangkan gadis-gadis berbicara seperti ini sepanjang waktu.”

Sebagai salah satu teman terdekat dan orang kepercayaan Hayao Miyazaki, salah satu pendiri dan produser Studio Ghibli, Toshio Suzuki adalah salah satu dari sedikit orang di dunia yang mampu melawan Miyazaki dalam hal berbicara secara kreatif. Pada tahun 90-an, ketika Suzuki meyakinkan Miyazaki untuk menghentikan proyek favoritnya Kemushi no Boro (Boro the Caterpillar) demi Mononoke Hime (Princess Mononoke), yang ternyata malah menjadi salah satu film paling populer di studio hingga saat ini.

Namun, bukan berarti Suzuki tidak memiliki kendali penuh atas karya-karyanya, karena setiap keputusan casting niscaya merupakan hasil dari diskusi kolaboratif mereka. Jadi, jika Miyazaki tidak menyukai aktris pengisi suara Jepang yang genit, maka dia akan mencari pengganti seiyuu yang menurutnya sesuai. Lalu siapa yang memainkan peran sebagai Witch Wasteland di Howl’s Moving Castle?

Jawabannya adalah penyanyi, aktor dan aktivis sosial Jepang, Akihiro Maruyama atau lebih dikenal dengan nama panggung Akihiro Miwa. Diketahui Miwa merupakan gay dan waria terkenal di Jepang, yang mulai bernyanyi kabaret pada usia 17, dan sudah menjadi artis terkenal sebelum bekerja untuk Studio Ghibli untuk pertama kalinya, yang langsung berperan menjadi serigala raksasa Moro di Mononoke Hime.

Faktanya, melihat film-film Studio Ghibli lebih memuaskan daripada film buatan Makoto Shinkai. Karena sutradaranya terampil dalam memilih seiyuu dan penyanyi untuk lagu temanya. Namun, pengisi suara bisa menjadi pengaruh baik maupun buruk dalam cerita, dan seiyuu masa kini jelas tidak cocok sama sekali dalam berperan di film buatan Studio Ghibli.

Detail-detail kecil inilah yang menjadi bagian besar dari apa yang membuat film-film Studio Ghibli begitu unik dan terkenal, mereka bahkan mengajarkan cara menjadi seiyuu kepada orang-orang yang bukan belum memiliki bakat menjadi pengisi suara di studio mereka.